11 Januari 2013

Tak Semudah Merdeka

Mungkin hari-hari saya setelah keluar dari sebuah institusi menjadi agak berantakan karena tak tahu apa yang harus saya lakukan. Tidak ada jadwal kuliah. Tidak ada yang harus didatangi.

Menjadi seorang yang tak punya pekerjaan itu ternyata sedikit membosankan.

Tapi, menjadi pengangguran itu juga ada enaknya sih. Anda bisa melakukan apa saja yang anda suka. Tak peduli itu hanya main-main atau sesuatu yang bisa menghasilkan suatu  nilai tersendiri. Pelan tapi pasti. Namun, ya itu tadi. Bosan dan tak penuh arti. Kenapa harus repot-repot bekerja. Toh nanti malah capek dan ada terbesit perasaan nggak enak.

Saya, sekarang dalam kondisi seperti itu. Dan saya tak tahu apa yang harus saya lakukan. Kembali seperti anak kecil yang tidak tahu apa yang dia lakukan. Mending-mending jadi anak kecil, masih ada yang memperhatikannya.

Lha, kalau sudah dewasa? Mau ngapa-ngapain sudah tidak ada yang peduli. Mau jungkir balik di tengah pasar saja nggak ada yang peduli. Malah akan dianggap gila oleh orang-orang disekitarnya.
Ya, kalau itu cuma anggapan orang. Kalau kemudian diolok-olok sama anak-anak kecil dan diteriak-teriakin "Orang gila, orang gila..." bagaimana perasaan anda?.

Jadi, menjadi manusia dewasa yang benar-benar manusia itu sungguh merepotkan. Harus mandiri, harus bekerja, dituntut  untuk sekolah tinggi demi menjadi pekerja yang sedikit terpandang.

Dan adakalanya nanti akan ditanya oleh sanak famili "Sekarang kerja apa kamu?, Berapa penghasilannya?, bla bla bla... Yang jelas pertanyaan-pertanyaan itu muncul seperti bayang-bayang yang menyiksa kita. Sekolah saja nggak karuan kok, malah ditanya pekerjaanmu apa?. Sangat menjatuhkan harga diri kalau saya ditanya seperti itu.

Intinya, menjadi manusia bebas itu tidak segampang kita menggembar-gemborkan "Merdeka untuk kita semua...!".

0 Masukan:

Posting Komentar