31 Mei 2013

Nyatanya Begini Kok

Salam Bloggers Nusantara!

Satu bulan, dua bulan, dan berbulan-bulan saya tak sempat mengisi blog catatan saya ini. Hingga jadi bulan-bulanan. Maklum, belum ada fasilitas yang mendukung. Untuk nyambung ke dunia maya saja masih nebeng. Haha...

Di era digital global dewasa ini memang kebutuhan sinyal internet sudah hampir setara dengan kebutuhan pokok (baca: pangan) manusianya. Dengan pengecualian orang-orang pelosok negeri yang luas ini. Kenapa bisa jadi hampir setara dengan kebutuhan pokok? Disebabkan adanya pertumbuh-kembangan di bidang IT yang sangat pesat, orang-orang saat ini seperti dimanjakan dengan adanya alat-alat elektronika tersebut. Orang mau beli tiket pesawat terbang, tiket kereta, dan beli ini-itu tinggal googling saja. Dan lakukan perintah selanjutnya kemudian tekan OK/I Accept. Namun, belum sampai disitu saja kemudahannya.

Ternyata masih ada satu-dua langkah kaki yang harus ditempuh seseorang saat ini. Orang yang sudah punya tiket pesawat terbang mana mungkin akan dijemput oleh pesawat bookingannya di depan rumahnya persis. Begitu pula dengan kereta api, mau nonton bioskop, dan resevari hotel.

Dan tidak mungkin ada orang yang bisa kenyang perutnya, meski memakan seluruh isi internet. Dalam hal komunikasi jarak jauh antarmanusia memang internet adalah andalan saat ini. Karena sangking tidak sampainya ikatan antarmanusianya.

Dikaitkan dengan ilmu telepati (Komunikasi antarjiwa jarak jauh tanpa perantara mendatangi jasadnya) yang orang dahulu sering menggunakannya untuk berhubungan antara satu wilayah dengan wilayah yang lainnya, kemudian sekarang digantikan oleh video call serta yang menyambungkannya adalah jaringan internet. Jadi, kalau dibandingkan sebenarnya mana yang lebih canggih?

Lagi-lagi Indonesia punya hal-hal yang seperti itu. Dulu. Dan sekarang hanya tinggal beberapa gelintir orang yang bisa menggunakan ilmu telepati tanpa harus menuggu buffering.

Apa memang kualitas kesanggupan manusia saat ini yang hanya sebatas menjadi pengguna dari alat atau kalah jauh dengan kesungguhan manusia jaman dulu dalam hal ilmu-ilmu sinyal batin.

Sangat terasa sekali sebuah tanda yang sekilas saya rasakan. Namun jelas adanya. Jaman elektronik boleh berkembang pesat, asal tidak menjadikan manusia berubah mendewakan barang tersebut itu sudah bagus untuk memagari kondisi jiwa rohaniah dan spiritualnya.

Untuk memperkokoh pagar spiritualnya saya juga terus berusaha menjauhi atau setidaknya mengurangi jatah penggunaan barang elektronika. Saya ingin hidup yang alami. Tanpa benda elektronik sebentar. Akan tetapi, kalau saya bosan ya akhirnya kembali lagi ke barang-barang internet itu. Asyik katanya.

Dan dalam hal keilmuan telepati diatas tadi, saya juga baru cari-cari tahu akan keberadaan yang mengajarkannya. Yang pasti untuk mencari alamat dari perguruan ilmu itu menggunakan search engine Google. Saya cari artikel-artikel, bacaan-bacaan, dan apapun itu dari Google. Namun hasil kurang memuaskan seiring tanpa bertatap wajah dengan para pengarang bacaan-bacaan itu.

Inilah yang menjadikan orang kurang kualitas keilmuannya. Saya pun begitu adanya. Kualitas ilmu saya masih sangatlah belum seberapa dibandingkan dengan sesepuh kita yang terdahulu...

Jaman memakan diriku dengan sangat cepat. Hingga aku sadar ternyata hampir saja terlewat oleh fenomena sejarah yang tidaklah singkat. Sampai jumpa saja kalau begitu. Semoga kita bisa bertatap wajah, bukan sekedar akting serta pose tebar senyum lewat foto-foto yang kita unggah di profil-profil sosial media saja. Namun ketika berpapasan, seketika juga kita saling tegur sapa dan lempar senyum. Oh, alangkah indah bukan kalau kenyataan itu benar-benar nyata begitu.

Kalau dirimu yang belum bisa datang, saya akan usahakan mendatangi anda. Semoga!

0 Masukan:

Posting Komentar