Pahlawan, oh Pahlawan
Hari Pahlawan. Puji syukur bagi Tuhan Yangmaha Perkasa. Terimakasih para pahlawan negeri. Terlepas dari sebuah momen penting bagi bangsa Indonesia. Kita yang hidup saat ini harus senantiasa berterimakasih pada mereka -para pahlawan- itu. Merekalah yang habis-habisan membela tanah-air, dan kinilah kita yang merasakan jerih payah mereka. Atmosfir semangat juang mereka masih terasa hingga saat ini, walaupun kita dapat enaknya saja.
Yang terpenting bagi kita saat ini, bagaimana cara berterimakasih yang benar dan selalu mensyukuri hasil yang telah mereka perjuangkan.
Kalaupun kita hidup pada masa itu, kita mungkin juga ikut berperang. Namun, inilah kenyataannya. Kita tidak bisa memilih kapan kita dilahirkan.
Nah, kita yang hidup di masa sekarang harus sadar diri akan pentingnya sebuah pengorbanan. Rata-rata saat ini kita hanya memperingati Hari Pahlawan minimal dengan mengheningkan cipta 60 detik, atau berapa detik saja di dalam maupun di luar upacara-upacara. Demikian itu lumayan lah, daripada tidak sama sekali.
Ya, kalau para pahlawan membela bangsa tanpa basa-basi, kita cuma hening cipta begini-begitu saja. Kan rasanya kurang.
Mbok ya kita lebih gentar lagi lah. Memperingatinya setiap saat. Nggak cuma pas tanggal 10 Novembernya saja. Nggak cuma hening-heningan cipta dan bikin talkshow-talkshowan di TV saja.
Memang itu sebuah tragedi perang pembelaan pada bangsa yang baru saja merdeka dan kita jangan terlalu cengeng untuk mengenangnya.
"Lalu, apa donk caranya? Lha kita kan juga nggak bisa ikut perang saat itu."
Kita harus lebih baik lagi dalam memperingatinya. Biar ada banyak makna lagi dari setiap kita mengenangnya. Kita biasanya memperingatinya dengan hening cipta, lalu sudah itu saja. Dan, kita jajah sendiri hidup kita dengan melakukan hal-hal yang tidak mempersatukan satu sama lain.
Setelah hening cipta, ada yang mementingkan diri sendiri atau partai lagi. Korupsi lagi. Mewah-mewahan lagi. Tawuran lagi. Bentrok lagi. Saling sikut lagi. Bercerai-berai lagi. Dan lagi, dan lagi.
Seakan-akan kita memaknai Hari Pahlawan hanya sekejap saja. Kurang bisa konsisten dan telaten dalam merenungi Hari Pahlawan.
Walhasil, ya hanya beginilah suasana peringatan Hari Pahlawan dan cuma satu hari dari sekian banyaknya hari. Dan kita masih terjajah oleh ego kita, oleh kepentingan-kepentingan kelompok kita.
"Seutas tali harus tetap erat dan tidak terlalu pantheng (tegang) dalam sepi."
0 Masukan:
Posting Komentar