3 Agustus 2012

Pidato Dadakan

Sekedar cerita buat para blogger. Dikamar kecil tempat tinggalku. Aku berlagak heboh sendiri, dengan kepercayaan diri berpidato didepan hembusan angin dari lobang ventilasi. Atmosfer sisa-sisa perjuangan terasa didepanku. :)

Merdeka... Merdeka... Merdeka...


Seruan yang dikumandangkan saat-saat menjelang proklamasi kemerdekaan NKRI. Anak-anak muda yang saat itu sangat mendamba-dambakan kemerdekaan atas penjajahan kaum kolonial. Dan sangat semangat memperjuangkan kesatuan dan keutuhan Nusantara. Mengorbankan jiwa raga dan harta, demi terwujudnya suatu kemerdekaan yang sekian tahun menjadi mimpi bersama warga pribumi.
Sebuah kesuksesan besar tercapai setelah mereka mendesak golongan tua agar segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Yang saat itu Indonesia dalam keadaan vacum of power.

***
Bertolak belakang dari sekian puluh tahun merdeka. Indonesia yang dewasa ini mengalami perkembangan dibidang-bidang pembangunan. Peran pemuda menjadi pusat perhatian yang harus diperhatikan. Generasi-generasi muda saat ini harus mampu memandirikan diri dulu sebelum menjadi pemegang keutuhan bangsa yang sangat rentan dengan keberbedaan.

Berangkat dari perbadaan-perbadaan yang selalu mewarnai bumi pertiwi. Anak muda juga harus bisa membiasakan untuk bertanggungjawab atas sesuatu yang telah dikerjakannya. Anak muda harus punya jiwa penggembala. Yang mampu, menjaga dan merawat gembalanya agar tidak diterkam oleh predator-predator politisi yang selalu mencari peluang kelengahan dari penggembalanya (pemimpinnya).
Karena, Indonesia ini laksana bahtera Nuh. Yang berisi bermacam-macam ras, etnis, dan budaya.

Seorang pemuda dianggap tangguh, tidaklah permisi kedunia narkotika, pergaulan bebas. Pemuda dambaan. Pemuda yang mampu mengatasi suatu masalah dengan cara yang efisien, yang damai, dan yang dengan kemashlahatan bersama. Responsible terhadap peristiwa yang terjadi didepannya. Jangan tak acuh.

Semangat perjuangan yang bersemayam dalam setiap jiwa pemuda adalah tinggalan dari pejuang-pejuang terdahulu. Nyala api semangat yang hampir padam ini, ayo bakar lagi. Buat yang lebih besar dan mampu menerangi belantara yang suram. Bukan membakar akar perpecahbelahan, yang menghanguskan kesatuan negeri kita. Jangan karena masalah sepele emosi dan amarah terpancing oleh provokasi-provokasi bodoh yang tak berarti.
***
Sekali lagi, ayo sadar dari mabuk kita. Dari ketidak sadaran diri kita. Menjadi penerus perjuangan para pejuang bangsa. Dibulan kemerdekaan ini. Bulan yang penuh semangat perjuangan empatlima. Ayo kita isi posisi terdepan. Kemajuan langkah pasti. Satukan mimpi kita kembali, dan mimpi para pejuang yang telah berguguran mati. Kitalah tunas-tunas hijau itu. Menghijaukan serta memberi kemanfaatan sesama penduduk bumi. Sekian, Wassalam. lho?

Itulah pidato hebohku, yang mungkin tak terdengar oleh teman-teman muda-mudi Indonesia.

0 Masukan:

Posting Komentar