Masyarakat kita sering mengatakan bahwa bulan ke
duabelas dari hitungan kalender qomariyyah itu adalah bulan ‘Idul Adha. Khusus
kalender jawa diberi nama bulan ‘besar’. Selain mempunyai arti bulan haji, yang mana
pelaksanaan rukun Islam yang kelima dilaksanakan pada bulan itu, Dzulhijjah
juga memiliki sejarah peristiwa penting dalam kehidupan dunia Islam.
Dari pandangan historis, ada banyak
persitiwa-peristiwa tentang adanya sebuah pengorbanan. Dimana pada waktu
sebelum kalender qomariyyah tercipta. Atau pada masa Nabi Ibrahim as. ‘Bapak
para Nabi’ yang pada masa-masa beliau menjadi seorang Nabi –utusan Tuhan- di
bumi. Beliau adalah buyut dari Nabi Isa as. serta Nabi Muhammad saw. walaupun
berlainan garis silsilah.
Nabi Ibrahim as. dikisahkan dalam ayat-ayat
Tuhan akan mengorbankan putra dari hasil pernikahannya dengan Siti Hajar: Nabi
Ismail as. sebagai perwujudan rasa syukur atas karunia-karunia yang Tuhan telah
berikan kepadanya. Tuhan memberikan sebuah isyarat kepada Nabi Ibrahim as.
melalui mimpi. Agar Nabi Ibrahim as. menyembelih putra kandungnya Ismail. Yang
saat itu masih berusia dini.
Nabi Ibrahim as. terbayang-bayang oleh mimpi
yang berlangsung selama tiga malam yang juga membuat keraguan hatinya. Beliau
ragu atas mimpi-mimpi itu. Apakah benar-benar dari Tuhan atau dari godaan
setan. Selama pengembaraan mencari kebenaran mimpi itu. Sang Nabi meminta
pertimbangan dari putranya Ismail. Bagaimana pendapatnya tentang mimpi beliau
itu.
Lantas sang putra membenarkan hal itu.
“Kalaupun itu benar perintah dari Tuhan, maka saya sebagai putra akan
menyanggupinya. Dan itu adalah sebuah kebenaran.” Lalu, Nabi Ibrahim as. juga
meminta pendapat kepada istrinya Siti Hajar. Dan sang istri dari bunda Ismail
itu juga membenarkannya.
Maka, yakinlah hati Nabi Ibrahim as. dan tidak
ada keragu-raguan lagi atas mimpi itu. Kemudian, berangkatlah Nabi Ibrahim as.
beserta Ismail menuju ke suatu tempat untuk melaksanakan perintah Tuhan.
Namun, ditengah-tengah perjalanan ke tempat
penyembeliahan. Setan dengan gelagatnya membujuk Nabi Ibrahim as. agar tidak
jadi melaksanakan penyembeliahan putranya. Sang Nabi tahu bahwa yang
membujuknya kali ini tidak lain adalah setan. Maka, Nabi pun mengusirnya dengan
melempari setan itu dengan batu. Tapi, setan datang menjumpainya lagi dan
dilempari batu lagi oleh Nabi Ibrahim as. selama tiga kali. Dan akhirnya setan
tidak kembali lagi.
Tiba ditempat penyembelihan, Nabi Ibrahim as.
ingin memantapkan hati lagi pada sang putra. Ismail kecil pun dengan penuh
ketaatan pada perintah Tuhan yang diamanahkan kepada ayahnya meminta agar
pakaian yang Ismail kenakan nantinya setelah penyembelihan mohon dibawa pulang
dan diberikan pada ibunya. Dengan cipratan darah dari diri Ismail yang menandai
bahwa dia benar-benar disembelih atas sebuah kebenaran perintah Tuhan.
Ismail pun membaringkan badannya dan merelakan
kehidupannya. Nabi Ibrahim as. lantas menutupi kepala Ismail. Dan menyembelihnya
pun membelakangi Ismail karena tidak
tega melihatnya. Dengan pedang yang asahannya benar-benar tajam.
Keadaan ini pun juga tidak lepas dari kehendak
Tuhan Yangmaha Pengasih.
Tuhan dengan ke-Maha Kuasa-an-Nya memerintah
kepada Malaikat Jibril supaya Ismail ditukar dengan seekor gibas (sejenis
domba) jantan yang diambilkan langsung dari sorga. Lalu, dengan Kuasa Tuhan
Yangmaha Penyayang. Sekejap, pada detik-detik menjelang menyayatnya pedang Nabi
Ibrahim as. ke leher Ismail. Gibas pun yang tersembelih.
Dan akhirnya ketaatan Nabi Ibrahim as. dalam
melaksanakan perintah Tuhan pun benar-benar terealisasikan walaupun bukan
Ismail yang disembelihnya, melainkan gibas jantan itulah sebagai perwujudan
Rahmat Tuhan atas konsitensi hamba-Nya dalam melaksanakan perintah-Nya.
Peristiwa-peristiwa kebenaran cerita tentang
Nabi Ibrahim as. tidak lain adalah perwujudan Kuasa Allah. Yang mana, pada masa
sekarang pun kita juga bisa merasakannya. Melalui manasik haji pada rukun
lempar jumrah –melemparkan batu kerikil ke arah tiga jumrah. Pralambang bahwa
setan adalah musuh bagi manusia yang nyata. Yang membujuk manusia berbuat fahsyaa-i
wal munkar.
Serta juga bisa kita rasakan atmosfer Kebesaran
Allah pada hari raya ‘Idul Adha. Dimana takbir-takbir menggelegar di seantero
dunia. Dan usai melaksanakan sholat sunnah ‘Id kemudian disunnahkan pula menyembelih
hewan kurban dalam kurun waktu tiga hari. Itulah hari tasyrik. Yang secara
dalil tertera pada surat Al-Kautsar.
Adalah suatu kemanfaatan besar pada event 10 Dzulhijjah disetiap satu kali setahun itu.
Dimana kita juga harus senatiasa mengorbankan ‘dunia’ kita untuk terjalinnya
interaksi sosial sesama hamba. Serta sesama manusia. Dan itulah sebagian dari rahmatan
lil ‘alamiin-nya ajaran-ajaran Islam.
sip
BalasHapusTerimakasih atas respon anda. :)
BalasHapus