19 Oktober 2012

Dzulhijjah; Suatu Pengorbanan

Masyarakat kita sering mengatakan bahwa bulan ke duabelas dari hitungan kalender qomariyyah itu adalah bulan ‘Idul Adha. Khusus kalender jawa diberi nama bulan ‘besar’. Selain mempunyai arti bulan haji, yang mana pelaksanaan rukun Islam yang kelima dilaksanakan pada bulan itu, Dzulhijjah juga memiliki sejarah peristiwa penting dalam kehidupan dunia Islam.

Dari pandangan historis, ada banyak persitiwa-peristiwa tentang adanya sebuah pengorbanan. Dimana pada waktu sebelum kalender qomariyyah tercipta. Atau pada masa Nabi Ibrahim as. ‘Bapak para Nabi’ yang pada masa-masa beliau menjadi seorang Nabi –utusan Tuhan- di bumi. Beliau adalah buyut dari Nabi Isa as. serta Nabi Muhammad saw. walaupun berlainan garis silsilah.


Nabi Ibrahim as. dikisahkan dalam ayat-ayat Tuhan akan mengorbankan putra dari hasil pernikahannya dengan Siti Hajar: Nabi Ismail as. sebagai perwujudan rasa syukur atas karunia-karunia yang Tuhan telah berikan kepadanya. Tuhan memberikan sebuah isyarat kepada Nabi Ibrahim as. melalui mimpi. Agar Nabi Ibrahim as. menyembelih putra kandungnya Ismail. Yang saat itu masih berusia dini.

Nabi Ibrahim as. terbayang-bayang oleh mimpi yang berlangsung selama tiga malam yang juga membuat keraguan hatinya. Beliau ragu atas mimpi-mimpi itu. Apakah benar-benar dari Tuhan atau dari godaan setan. Selama pengembaraan mencari kebenaran mimpi itu. Sang Nabi meminta pertimbangan dari putranya Ismail. Bagaimana pendapatnya tentang mimpi beliau itu.

Lantas sang putra membenarkan hal itu. “Kalaupun itu benar perintah dari Tuhan, maka saya sebagai putra akan menyanggupinya. Dan itu adalah sebuah kebenaran.” Lalu, Nabi Ibrahim as. juga meminta pendapat kepada istrinya Siti Hajar. Dan sang istri dari bunda Ismail itu juga membenarkannya.

Maka, yakinlah hati Nabi Ibrahim as. dan tidak ada keragu-raguan lagi atas mimpi itu. Kemudian, berangkatlah Nabi Ibrahim as. beserta Ismail menuju ke suatu tempat untuk melaksanakan perintah Tuhan.
Namun, ditengah-tengah perjalanan ke tempat penyembeliahan. Setan dengan gelagatnya membujuk Nabi Ibrahim as. agar tidak jadi melaksanakan penyembeliahan putranya. Sang Nabi tahu bahwa yang membujuknya kali ini tidak lain adalah setan. Maka, Nabi pun mengusirnya dengan melempari setan itu dengan batu. Tapi, setan datang menjumpainya lagi dan dilempari batu lagi oleh Nabi Ibrahim as. selama tiga kali. Dan akhirnya setan tidak kembali lagi.

Tiba ditempat penyembelihan, Nabi Ibrahim as. ingin memantapkan hati lagi pada sang putra. Ismail kecil pun dengan penuh ketaatan pada perintah Tuhan yang diamanahkan kepada ayahnya meminta agar pakaian yang Ismail kenakan nantinya setelah penyembelihan mohon dibawa pulang dan diberikan pada ibunya. Dengan cipratan darah dari diri Ismail yang menandai bahwa dia benar-benar disembelih atas sebuah kebenaran perintah Tuhan.

Ismail pun membaringkan badannya dan merelakan kehidupannya. Nabi Ibrahim as. lantas menutupi kepala Ismail. Dan menyembelihnya pun membelakangi  Ismail karena tidak tega melihatnya. Dengan pedang yang asahannya benar-benar tajam.

Keadaan ini pun juga tidak lepas dari kehendak Tuhan Yangmaha Pengasih.

Tuhan dengan ke-Maha Kuasa-an-Nya memerintah kepada Malaikat Jibril supaya Ismail ditukar dengan seekor gibas (sejenis domba) jantan yang diambilkan langsung dari sorga. Lalu, dengan Kuasa Tuhan Yangmaha Penyayang. Sekejap, pada detik-detik menjelang menyayatnya pedang Nabi Ibrahim as. ke leher Ismail. Gibas pun yang tersembelih.

Dan akhirnya ketaatan Nabi Ibrahim as. dalam melaksanakan perintah Tuhan pun benar-benar terealisasikan walaupun bukan Ismail yang disembelihnya, melainkan gibas jantan itulah sebagai perwujudan Rahmat Tuhan atas konsitensi hamba-Nya dalam melaksanakan perintah-Nya.

Peristiwa-peristiwa kebenaran cerita tentang Nabi Ibrahim as. tidak lain adalah perwujudan Kuasa Allah. Yang mana, pada masa sekarang pun kita juga bisa merasakannya. Melalui manasik haji pada rukun lempar jumrah –melemparkan batu kerikil ke arah tiga jumrah. Pralambang bahwa setan adalah musuh bagi manusia yang nyata. Yang membujuk manusia berbuat fahsyaa-i wal munkar.

Serta juga bisa kita rasakan atmosfer Kebesaran Allah pada hari raya ‘Idul Adha. Dimana takbir-takbir menggelegar di seantero dunia. Dan usai melaksanakan sholat sunnah ‘Id kemudian disunnahkan pula menyembelih hewan kurban dalam kurun waktu tiga hari. Itulah hari tasyrik. Yang secara dalil tertera pada surat Al-Kautsar.

Adalah suatu kemanfaatan besar pada event  10 Dzulhijjah disetiap satu kali setahun itu. Dimana kita juga harus senatiasa mengorbankan ‘dunia’ kita untuk terjalinnya interaksi sosial sesama hamba. Serta sesama manusia. Dan itulah sebagian dari rahmatan lil ‘alamiin-nya ajaran-ajaran Islam.

2 komentar: